Kearifan Lokal atau Tradisi Ngaduk Gelamai ala suku searawai Masyarakat Seluma
Penulis : Wike Widiasari (E1D021074)
Pendahuluan.
lokal adalah suatu ciri khas suatu daerah atau tempat yang memiliki nilai estetik, kebudayaan,adat dan lainnya. Selain itu, suatu kearifan lokal ada yg terkenal dikalangan masyarakat, namun juga banyak yang tidak terkenal, ini dikarenakan banyak nya suku,adat dan kearifan lokal yang ada di Indonesia. Ada banyak tradisi turun-temurun yang dilakukan masyarakat saat menjelang Hari Raya Idul Fitri. Salah satunya tradisi mengaduk gelamai di Bengkulu.
Metode Penulisan
Dalam Penulisan artikel ini disusun dengan kata-kata penulis sendiri yang berdasarkan perkataan dan pendapat orang-orang yang ada di kabupaten Seluma yang dominan bersuku serawai. Penulisan artikel ini juga langsung di buat berdasarkan fakta dan dokumentasi yang di lakukan langsung oleh penulis maupun internet.
Pembahasan
Gelamai merupakan identitas budaya kuliner, yang memiliki makna filosofis solidaritas serta gotong-royong yang termanifestasi dalam “Ngaduk Gelamai” bagi orang Suku Serawai. Sebelum gelamai terhidang menjadi camilan ketika Lebaran ada proses panjang memasaknya. Warga Kabupaten Seluma, khususnya. Memasak gelamai biasanya skala banyak di atas kuali besar. Banyaknya gelamai yang dibuat maka pembuatannya tak bisa dilakukan sendiri. Melainkan dibuat secara bersama atau kkeroyokan
Gelamai berbahan dasar santan, gula merah, tepung beras ketan dicampur sedikit garam. Semua bahan dicampur menjadi satu di atas kuali besar dengan perapian yang cukup. Pada saat pembuatan diperlukan adonan yang tepat agar matangnya gelamai cukup. Proses mengadonnya inilah dikenal dengan “Ngaduk Gelamai”. Biasanya, kaum pria secara bergantian akan mengaduk gelamai di atas tungku api dan kuali besar secara bergantian. Masakan tak boleh berhenti diaduk hingga masak.
“Ini makanan tradisional yang memasaknya memiliki makna gotong royong,” kata Bupati Seluma, Provinsi Bengkulu, Erwin Octavian, saat menggelar masak gelamai bersama masyarakat di rumah dinasnya, beberapa waktu lalu. Kerja sama atau gotong-royong dibutuhkan ketika memasak gelamai. Tim itu terdiri kelompok yang meracik bumbu serta tim yang mengaduk gelamai.
“Masak gelamai salah satu untuk menjaga gotong royong kekompakan, kerjasama serta kebersamaan ini menariknya,” kata Erwin. Pemerintah Daerah Kabupaten Seluma, lanjut Erwin, akan menjadikan masak makanan tradisional ini secara rutin. Hal itu, harus tetap dilestarikan. “Banyak kuliner tradisional di Seluma. Ini harus tetap kita lestarikan,” ujar Erwin.
Kesimpulan
Gelamai atau Ngacau Gelamai’Jelang Lebaran Hari Raya Idul Fitri, sudah membudaya di masyarakat Bengkulu khusunya masyarakat desa di baik itu masyarakat lembak, rejang maupun masyarakat serawai. Budaya ngidak atau ngacau gelamai ini dilakkan secara gotong royong oleh pemuda-pemuda desa atau dusun tersebut, terlebih-lebih bagi mantu baru atau masih pengantin baru.
Komentar
Posting Komentar