TRADISI REWANG DI DESA KUTO REJO

Penulis : Maharani Annisa Putri (E1D021024)




A.PENDAHULUAN

Menurut KBBI, tradisi adalah adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan oleh masyarakat; penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar.

Menurut Bastomi, tradisi ialah roh dari sebuah kebudayaan. Dengan tradisi, sistem kebudayaan akan menjadi kokoh. Jika tradisi ini dihilangkan, maka ada harapan suatu kebudayaan akan berakhir saat itu juga. Setiap sesuatu yang menjadi tradisi seringkali sudah teruji tingkat efektifitasnya dan tingkat efisiensinya. Efektifitas dan efisiensinya selalu mengikuti perjalanan perkembangan unsur kebudayaan itu. Berbagai bentuk sikap dan tindakan dalam mengatasi persoalan ini jika tingkat efektifitas dan efisiennya rendah akan segera ditinggalkan oleh pelakunya dan tidak akan menjadi sebuah tradisi. Tentu saja suatu tradisi akan pas dan cocok sesuai situasi dan kondisi masyarakat yang akan mewarisinya.


B.PEMBAHASAN

Kata “rewang” berasal dari bahasa Jawa yang berarti pembantu. Kemudian kata tersebut mengalami perkembangan sehingga arti dari kata tersebut berubah menjadi tolong-menolong atau kegiatan saling membantu. Dalam tradisi masyarakat Jawa, rewang merupakan kegiatan gotong-royong dalam membantu tetangga yang sedang mengadakan acara besar seperti pernikahan, khitanan, atau acara besar lainnya.

Rewang memang pada awalnya hanya dilakukan oleh masyarakat Jawa. Tetapi, pada saat ini tradisi rewang tidak hanya dilakukan oleh masyarakat Jawa saja. Masyarakat di daerah lain di Indonesia juga melakukan tradisi ini, salah satunya di Desa Kuto Rejo Kabupaten Kepahiang. 

Tradisi rewang di Desa Kuto Rejo biasanya rekat dengan ibu-ibu di sana. Tetapi bukan berarti bapak-bapak tidak turut membantu dalam kegiatan rewang. Biasanya ibu-ibu yang turut serta dalam kegiatan rewang menyumbangkan berbagai sembako kepada tuan rumah yang mengadakan acara. Sembako tersebut biasanya terdiri beras, minyak goreng, gula, telur, mie kuning, dan bisa juga kelapa tua untuk dibuat santan. Namun ada opsi lain jika tidak membawa sembako. Ibu-ibu juga bisa membawa seekor ayam jago yang masih hidup. Bapak-bapak biasanya membantu di bagian mencabut bulu ayam sebelum akhirnya diserahkan kepada ibu-ibu untuk diolah menjadi masakan. 

Ada fakta menarik di Desa Kuto Rejo mengenai kegiatan rewang. Tidak semua orang yang diundang oleh tuan rumah bisa ikut kegiatan rewang. Untuk membedakan yang bisa ikut kegiatan rewang dengan yang tidak, biasanya tuan rumah membedakannya dari cara mengundang. Jika tuan rumah datang langsung ke rumah tanpa melalui undangan berbentuk fisik, maka itu tandanya tuan rumah mengharapkan orang yang diundang tersebut untuk datang dan turut serta dalam kegiatan rewang. Sedangkan jika tuan rumah memberi undangan dalam bentuk fisik saja, maka orang yang diundang tidak wajib untuk turut serta dalam kegiatan rewang.


C.KESIMPULAN

Tradisi rewang yang masih dilakukan di Desa Kuto Rejo Kabupaten Kepahiang patut untuk disyukuri sebab tradisi tersebut bisa menguatkan tali silaturahmi antar masyarakat di sana. Dengan adanya kegiatan rewang, masyarakat bisa bertemu untuk saling membantu satu sama lain sehingga hubungan antar tetangga bisa menjadi semakin erat. Tradisi rewang juga termasuk ke dalam salah satu keunikan dari Indonesia karena kegiatan rewang ini merupakan kegiatan turun-temurun dari nenek moyang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Takbir Keliling Malam Lebaran di Lempuing, Kota Bengkulu

Kegiatan Beradat Kaum Masyarakat Desa Pernyah Kabupaten Mukomuko

Kesenian Sarafal Anam Desa Kertapati Kecamatan Pagar Jati Kabupaten Bengkulu Tengah dalam Mengiringi Acara Resepsi Pernikahan